Pada tanggal 17 Juni 2025,
hari keempat dari rangkaian International Student Exchange Program 2025 di
Jepang menjadi momen yang mempertemukan tiga dimensi penting dalam pembangunan
berkelanjutan: ilmu konservasi, industri kehutanan, dan kekayaan budaya lokal.
Melalui serangkaian kunjungan lapangan yang dirancang secara mendalam, para
peserta tidak hanya menyerap pengetahuan teknis dan ilmiah, tetapi juga
merasakan langsung nilai-nilai yang mengakar dalam masyarakat Jepang dalam
menjaga alam dan melestarikan warisan budaya. Hari ini menjadi refleksi nyata
bagaimana Jepang berhasil menyelaraskan kemajuan dan tradisi dalam satu narasi
pembangunan yang holistik dan berjangka panjang.
Dalam kunjungan ke
Tanakamiyama Erosion Control Site bersama Prof. Kanzaki, peserta mendapatkan
penjelasan mendalam mengenai upaya Jepang dalam merehabilitasi lahan kritis
yang dulunya mengalami kerusakan parah akibat erosi. Di lokasi ini, Prof.
Kanzaki menunjukkan bagaimana area yang sebelumnya tandus dan tidak dapat
ditumbuhi tanaman dapat dipulihkan dan kembali tertutup vegetasi melalui
pendekatan teknik konservasi yang terencana.
Salah satu metode utama yang
digunakan adalah pembangunan terasering (terrace), yang berfungsi untuk
memperlambat aliran air permukaan dan mengurangi tingkat erosi tanah. Setelah
stabilisasi lereng berhasil dilakukan dengan terasering, langkah selanjutnya
adalah penghijauan melalui penanaman pohon-pohon yang adaptif seperti Arnur
(Alnus) dan Pine (Pinus). Jenis-jenis pohon ini dipilih karena kemampuan mereka
dalam memperbaiki struktur tanah serta mempercepat proses pemulihan ekosistem.
Melalui penjelasan Prof.
Kanzaki dan observasi langsung di lapangan, peserta memahami bahwa keberhasilan
Jepang dalam mengelola dan memulihkan daerah rawan erosi tidak hanya
mengandalkan rekayasa teknis, tetapi juga pendekatan ekologis jangka panjang
yang berbasis pada integrasi antara teknik sipil dan ilmu kehutanan. Kegiatan
ini memberikan wawasan praktis dan inspiratif tentang bagaimana lahan rusak
dapat dipulihkan secara berkelanjutan.

Setelah dari lokasi konservasi tersebut, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke Nishigaki Lumber, INC., sebuah perusahaan pemasok kayu log yang berlokasi di Prefektur Mie. Para peserta disambut hangat oleh manajer perusahaan, dan mendapatkan pemaparan menyeluruh mengenai sejarah, filosofi, serta operasional perusahaan. Perusahaan ini menjalankan berbagai aktivitas mulai dari kehutanan, manufaktur, distribusi, hingga konstruksi. Perusahaan ini konsisten dalam menjunjung filosofi perusahaan untuk "memprioritaskan integritas dan kejujuran, serta menyediakan kayu dan bahan bangunan berkualitas tinggi dalam jangka panjang". Perusahaan ini juga telah memperoleh berbagai sertifikasi penting, termasuk Clean Wood Law Registered Business Operator, JAS (Japan Agricultural Standard) Certified Factory, serta FSC certified, yang menandakan komitmen kuat terhadap standar lingkungan dan keberlanjutan.

Dalam sesi kunjungan,
mahasiswa diajak berkeliling untuk melihat secara langsung proses kerja di
lapangan, mulai dari pengolahan kayu hingga distribusi. Nishigaki Lumber juga
memproduksi wood biomass chips sebagai bagian dari inovasi ramah lingkungan
mereka. Kunjungan ini menjadi bagian penting dari pembelajaran lintas budaya
dan industri, serta memberikan wawasan dan pemahaman baru
bagi para peserta.
Kegiatan berlanjut ke
Nishigaki Lumber, INC. di Prefektur Mie, di mana peserta mendapatkan pemahaman
menyeluruh mengenai rantai industri kehutanan Jepang. Perusahaan ini mengelola
seluruh proses, dari penebangan dan pengolahan kayu hingga distribusi dan
konstruksi. Nishigaki Lumber dikenal karena komitmennya terhadap filosofi
bisnis berbasis integritas dan keberlanjutan, yang dibuktikan dengan berbagai
sertifikasi seperti Clean Wood Law, JAS, dan FSC. Peserta juga menyaksikan
inovasi ramah lingkungan perusahaan berupa produksi wood biomass chips sebagai
alternatif energi terbarukan.
Sebagai penutup dari rangkaian kegiatan, peserta mengunjungi Shigaraki Ceramic Art Village, salah satu pusat kerajinan keramik tertua dan paling terkenal di Jepang. Terletak di kawasan Shiga Prefecture, Shigaraki dikenal sebagai salah satu dari enam "Ancient Kiln Sites" di Jepang. Di lokasi ini, peserta berkesempatan melihat langsung warisan budaya Jepang dalam seni tembikar, termasuk bangunan bersejarah berupa tanur pembakaran tradisional bertingkat delapan (8-dan noborigama kiln) yang dahulu digunakan untuk membakar pot dan keramik dalam skala besar. Tanur ini dibangun secara vertikal di lereng bukit dan memiliki delapan ruang pembakaran berurutan, yang memungkinkan suhu tinggi stabil selama proses pembakaran.

Saat ini, area bekas tanur
tersebut telah direstorasi dan difungsikan ulang menjadi sebuah kafe artistik
yang menyatu dengan suasana tradisional. Kafe ini mempertahankan elemen
arsitektur asli kiln, termasuk jalur keramik yang mengarah ke atas, dinding
tanah liat ekspos, dan ruang duduk yang ditata di antara bekas ruang
pembakaran. Sambil menikmati teh khas Jepang, para peserta dapat merasakan
suasana otentik perpaduan antara sejarah industri keramik dan sentuhan modern
yang adaptif.
Kunjungan ke Shigaraki
menjadi penutup yang reflektif, mengajak peserta merenungi keterkaitan antara
warisan budaya, pelestarian lingkungan, dan inovasi adaptif. Seluruh rangkaian
kegiatan memberikan pengalaman yang kaya secara keilmuan, budaya, dan personal
dalam memahami Jepang sebagai negara yang berhasil menyeimbangkan tradisi,
teknologi, dan keberlanjutan.