Kyoto Prefectural University (KPU) hari ini secara resmi membuka International Student Exchange Program (ISEP) Forest Study Tour in Japan 2025, sebuah inisiatif kolaboratif antara Universitas Mulawarman (Unmul), Kyoto University, Mie University, dan KPU sebagai tuan rumah. Program yang disponsori oleh J. Hayashida. Inc ini diikuti oleh 12 mahasiswa terpilih S1 Kehutanan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Tropis Unmul. Pembukaan dihadiri Presiden KPU Prof. Yasuhiro Tsukamoto, Wakil Presiden KPU Prof. Michiyo Yamaguchi, Dekan KPU Prof. Yuza Furuta, dan Presiden J. Hayashida Inc. Motohiro Hayashida, serta delegasi Unmul yakni Ketua Prodi Kehutanan Bapak Heru Herlambang, S.Hut., M.P., Ph.D. , Ibu Choiriatun Nur Annisa, S.Hut., M.For, dan Ibu Prof. Dr. dr. Swandari Paramita, M.Kes
Dalam sambutannya Prof.
Yasuhiro Tsukamoto menyampaikan bahwa dari program ini mahasiswa akan mendapat
banyak manfaat dari kehutanan jepang seperti teknik, ilmu, serta filosofi.
Serta Indonesia sangat menarik untuk
diteliti, karena banyak nya pohon dan hewan, Prof Yasuhiro juga berharap
bahwa mahasiswa yang mengikuti program ini semua akan menjadi peneliti untuk
kedepannya.
Pesan serupa juga disampaikan Ketua Prodi Kehutanan Bapak Heru Herlambang, S.Hut., M.P., Ph.D yaitu bahwa ini kali pertama nya dari grup kami datang ke jepang dan kami memiliki ekspektasi tinggi terhadap jepang, sebanyak 12 mahasiswa ini diseleksi secara ketat dari banyaknya mahasiswa yang berminat untuk memperoleh wawasan di luar negeri lebih tepatnya di negara jepang, saya berterima kasih juga kepada perusahaan J. Hayashida. Inc , dan saya berharap akan ada kolaborasi lanjutan antara universitas mulawarman, mie university, kyoto prefectural university, dan kyoto university.

Selanjutnya mahasiswa
melakukan kunjungan ke Research Institute for Sustainable Humanosphere (RISH)
Universitas Kyoto untuk mengikuti kuliah yang disampaikan oleh Asisten Profesor
Tanaka, yang berjudul "Driving Toward a sustainable Society with
Nanocelullosa (NCV)” yang menjelaskan gambaran komprehensif tentang potensi
transformatif nanoselulosa (NCV) dalam mengatasi tantangan keberlanjutan
global.
“RISH memiliki banyak
jaringan kerjasama di berbagai negara termasuk di jepang (Kyoto University)
yang berfokus pada human atmosphere untuk membantu kehidupan aktivitas manusia
di bumi dengan menggunakan Celullosa Nanofiber (CNF) untuk memproduski berbagai
produk berbasis ramah lingkungan seperti: drone, ac hingga kendaraan yang lebih
ringan sehingga dapat menggurangi konsumsi bahan bakar dan mengurangi emisi gas
CO2. Selain itu, NCV dalam solusi kemasan berkelanjutan, menawarkan pengganti
plastik yang dapat terurai secara hayati,” tutur prof. Tanaka.

Universitas Kyoto juga
memiliki koleksi sampel kayu yang cukup banyak, terutama di dalam Wood Research
Institute (RISH) dan mahasiswa mendapat kesempatan untuk berkunjung dan
mengikuti kuliah yang disampaikan oleh professor Suyako Tazuro mengenai
"Relationships between people and plants: what we can learn from wood
identification". “Xylarium universitas yang didirikan pada tahun 1980 ini
menyimpan lebih dari 15.000 sampel kayu yang mewakili lebih dari 3.600 spesies.
Sampel-sampel ini digunakan untuk penelitian di berbagai bidang, termasuk
anatomi kayu, identifikasi spesies pohon, dan bahkan mempelajari perilaku kayu
di lingkungan,” tutur prof. Tazuro.
