Pemateri pertama dalam agenda ini adalah Dr. Ir. H. Chandradewana Boer yang merupakan seorang Dosen Fahutan Unmul dan memiliki kepakaran di bidang satwa liar. Materi yang disampaikan yakni kehadiran komposisi jenis burung tertentu yang dapat menjadi bioindikator kondisi dari suatu kawasan hutan. Burung dapat terbang dan terkhusus untuk spesies yang mempunyai karakteristik general dapat berpindah tempat sehingga menguasai berbagai tipe hutan sekaligus. Jenis burung yang seperti ini mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai perubahan lingkungan sehingga berpeluang menjadi saksi atas perubahan alam, baik deforestasi atau pencemaran lingkungan pada suatu kawasan hutan. Pemateri selanjutnya yakni Bagja Hidayat dari TEMPO dan sebagai Rainforest Investigation Network (RIN) fellow, yang memaparkan food estate di Kalimantan. Alih fungsi lahan hutan di Kalimantan sejauh ini masih banyak yang belum mengacu pada scientific based, misalnya penanaman singkong yang tidak cocok dengan kondisi lahan di Kalimantan sehingga kedepannya para pembuat kebijakan harus melibatkan para ahli sebagai pemberi masukan agar pencanangan food estate dapat tepat sasaran dan produksinya dapat dioptimalkan. Materi yang tidak kalah menarik disampaikan oleh Rezza Aji Pratama dari Katadata, sekaligus sebagai penerima Rainforest Journalism Fund (RJF) dari Pulitzer, yang mengangkat isu tentang potensi dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan pembangkit listrik tenaga air terbesar yang berlokasi di Delta Kayan-Sembakung, Kalimantan Utara. Sesi yang ditunggu-tunggu adalah penyampaian informasi tentang Impact Seed Funding yang disampaikan oleh Grenty Paramitha selaku Southeast Asia Coordinator for Education (Pulitzer Center). Pulitzer menjembatani para mahasiswa pascasarjana dan dosen untuk memperoleh pendanaan untuk menindaklanjuti reportase isu-isu lingkungan hutan yang berkembang dalam bentuk luaran penelitian. Sehingga, isu kerusakan lingkungan dapat menemukan solusi terbaik.